17 Juli 2014, sore itu, kedatangan makhluk yang paling aku
tunggu-tunggu sangat membuatku terkejut. He is Iqbal, yang selalu membuat
terkejut. Saat itu, aku sudah mulai bosan dengan rutinitas liburan di rumah
yang selalu seperti itu setiap harinya. Aku sudah hampir 20 hari di rumah, tapi
Iqbal belum juga pulang karena harus mengikuti Semester Pendek. (Tips untuk
LDR: Jangan sampe ada yang ngulang dan harus SP, that sucks!) Rutinitas seperti
biasa yaitu sahur-tidur lagi-beresin rumah-nonton tv-nonton film-mandi-siapin
untuk buka-buka-tarawih-tidur. Terus selalu seperti itu. (Catat: mandi cuma
satu kali!)
Aku sangat menunggu kedatangannya pulang, tapi sampai
sekitar 20 hari aku di rumah saja Iqbal masih belum tau kapan bisa pulang
karena dosennya masih pergi-pergi keluar kota yang akhirnya membuat Semester
Pendek itu semakin panjang. Katanya, di pesan singkat yang sore itu dikirim.
Sore itu kami sedang berbalas-balasan SMS (jadul ya SMSan). Tiba-tiba, ada
seseorang yang mengucapkan salam dari luar rumah. Aku tidak menghiraukannya
karena aku tidak begitu mengenali suara laki-laki itu dan aku pikir itu pasti
teman bapak. Lalu ibuku berkata, “Kak itu ada temennya di luar.” What? Teman?
Siapa? Aku bukan tipe orang yang suka bawa teman laki-laki ke rumah, selain
pacar, tapi mana mungkin itu Iqbal. Aku malah menimpali, “Cowok bu?” Iyalah
cowok! Dugaan itu bukan Iqbal semakin diperkuat karena ibu bilangnya “teman”
bukan “Iqbal”.
Memakai jilbab dan jaket seadanya dengan kondisi BELUM MANDI,
aku hampiri laki-laki itu ke teras. Guess who? IQBAL JANUARI PRATAMA! Dengan
rambutnya yang sudah sangat berbeda dari terakhir kali aku menghabiskan liburan
bersamanya (yang juga mambuat ibu tidak mengenalinya) dan pakaiannya yang
begitu rapi, ia menemuiku. Mau tau apa reaksiku? CUMA NGANGA. Lebih detil
tentang ekspresi mukaku saat itu bisa langsung ditanya sama Iqbal, yang jelas
katanya sih “HARUSNYA TADI AKU FOTO YA.” yang mengimplikasikan kalo itu JELEK
BANGET.
KESEL, TERHARU, SENANG, DEG-DEGAN, GAK TAU MAU NGOMONG APA
adalah hal yang menggambarkan perasaan aku saat itu. KESEL karena merasa
dibohongi, dia masih bilang di SMS kalau gak tau kapan pulangnya tapi malah
udah pulang. TERHARU karena usahanya yang membuatku terus berkata dalam hati
“you’re so sweet.” SENANG karena
akhirnya ketemu Iqbal. DEG-DEGAN karena ini pertama kalinya lagi ketemu Iqbal,
selalu deg-degan kayak ketemu gebetannya. GAK TAU MAU NGOMONG APA because he
has already taken my nerve to say something.
Aku masih belum bisa terima soal kebohongan-yang-membuat-aku
berbunga-bunga ini, jadi waktu awal-awal ngobrol masih yang cuma bisa bilang
“jahat banget sih!” Tapi nggak lama, aku malu sama aku yang belum mandi ini
jadi aku mandi dengan hati yang berbunga-bunga hehe. Lalu kita ngobrol buanyak
soal kita, soal dia, soal teman-teman,
dosen-dosen, nilai, kehidupan kuliah sampai membuat jadwal liburan kita dari
hari ke hari.
Puasa hari itu dibuka dengan hati yang sangat gembira karena
haus ini akhirnya hilang (literally and metaphorically). Kejadian di hari itu
benar-benar tak terlupakan. Bahkan saat aku menulis ini, aku pun masih bisa
merasakan semua hal yang bercampur dalam hatiku. Terima kasih banyak Iqbal
untuk kejutan di hari itu!
That was our first date for this holiday