Tuesday 7 January 2014

Tidung Island

Hello 2014!
I'm pretty sure everybody has their own wishes for every year. Let's make best effort and let God do the rest! Aamiin.

Weekend pertama di tahun 2014, saya dan keluarga berkesempatan untuk mensyukuri nikmat Tuhan dengan pergi ke Pulai Tidung. For God's sake, that was the first time I rode a speedboat in an hour and it successfully made my heart beat uncontrollably. On one hand, Pengalaman naik speedboat menjadi nggak asik karena saat itu speedboatnya berlawanan arah dengan ombak. Mual. Pasti banget itu. Nggak tenang juga iya. Gimana mau tenang kalau adek yang duduk di sebelah terus berkicau, "huaaa takut!"


On the other hand, you would never stop saying something to show your gratefulness. I bet. Ombak yang menggulung-gulung tinggi yang mampu membuat jantung jadi tidak karuan berubah saat birunya air laut memberikanmu ucapan selamat datang yang hangat. Waktu itu, saya bersama rombongan dari kantor Ibu saya berangkat menuju Ancol setelah habis shalat subuh. Kami semua benar-benar berangkat dari pintu masuk tol Cijago menuju Ancol sekitar pukul 06.30 WIB. Kami tiba di Marina, Ancol pukul 07.30 dan mobil kami diparkir di tempat yang sudah disediakan, biayanya Rp 20.000 semalam. Perjalanan dari Marina ke Tidung menghabiskan waktu satu jam, tetapi jika dari Muara Angke, yang saya tahu, sekitar dua jam.
Dermaga Marina Ancol



 Iseng naik sepeda sambi cari spot yang bagus untuk difoto, ini potret Pulau Tidung dari sisi lain

Potret dari sisi yang lain lagi

Ada tambahan cerita seru. Setelah mengayuh sepeda berdua dengan adik di siang hari selama 10-15 menit karena dibuat penasaran oleh jembatan cintanya Pulau Tidung, sampai juga kami di jembatan cinta. Tersadar bahwa ada tulisan, "parkir sepeda Rp 2.000", adik memanggil saya memastikan jika saya benar-benar tidak membawa uang. Dengan jantung yang tidak karuan, kami balik lagi dengan saya yang memberanikan diri berkata, "bang, mau balik lagi ya bang." Untungnya abang-abang penjaga itu memberikan izin kami keluar tanpa bayar. Makasih bang hehe. Fyi, untuk yang jalan kaki tidak kena biaya kok. Oh ya, transportasi disana hanya ada sepeda dan becak motor. Becak motor bisa dinaiki lebih dari dua orang jika mau, karena penumpang juga bisa duduk di belakang supir. Ini juga pengalaman terbaru saya terhadap transportasinya, karena mengingat perjalanan yang telah dilalui cukup menegangkan dan berharap agar perjalanan lautnya segera berakhir, berbeda rasanya saat liburan tetapi masih dikelilingi oleh kendaraan berplat B karena Pulau Tidung masuk ke dalam Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta.


Sore harinya sekitar pukul 14.00 WIB, saya bersama rombongan naik perahu yang berukuran sedang untuk bisa menyelam di tengah lautan. Kami dibawa berkeliling di tengah gulungan ombak dengan jantung yang tentunya semakin tidak menentu karena semakin kecil kapalnya dengan ombak yang semakin besar membuat kami takut, apalagi kemiringan kapal sangat terasa jika ombak sudah menggulung.

Gambaran perahu yang saya naiki, tetapi ini perahu rombongan lain

 Saat di tengah laut



Beningnya air di Tidung


Jembatan cinta

Pria yang Merobek Pikiran

messed up | Tumblr

Mataku berkaca-kaca saat ku tahu ada yang datang. Bukannya tidak senang, tetapi mengetahui siapa yang datang yang membuat jantungku berhenti seketika. Seorang pria dewasa, membuka pintu tepat beberapa detik setelah aku duduk di kursi yang dipersilakan, ia melihatku sekejap lalu kembali mengurusi pekerjaannya. Beberapa detik yang cukup merobek pikiranku. Aku hanya termenung memikirkan apa yang terjadi denganku karena tak ada yang mampu menolongku. Sedih. Kacau. Kata-kata yang membingkaiku saat itu.

Image source: http://weheartit.com/entry/75505969/via/arantxacf